Rabu, 28 November 2018

Laporan Produksi Media Pembelajaran Geografi

Title: Header graphicsPM

 

 

MATERI

(Perairan darat dan siklus hidrologi)

MEDIA

Power Point yang dirubah menjadi video

PRODUKSI MEDIA

dannis ni’matussyahara /160721624502/K

RANCANGAN PEMBELAJARAN

tujuan

1. Mengidentifikasi faktor-faktor dan proses terjadinya hujan
2. Mampu menunjukkan macam-macam siklus air hujan

3. Mengidentifikasi Hujan Berdasarkan Proses Terjadinya

 

metoda/model

·         Metode : Metode Ceramah dan Problem solving method
Metode ini guru menjelaskan materi yang akan disampaikan kepada siswa didalam kelas, dengan menjelaskan materi yang ditampilkan pada medi Power Point. Kemudian siswa melakukan diskusi pada setiap kelompok belajar yang terdiri dari 4-5 anak per kelompok.
·         Model   : SAVI (Somatick Auditory visualitation Intellectualy)
Pembelajaran SAVI adalah pembelajaran yang menekankan bahwa belajar haruslah memanfaatkan semua alat indra yang dimiliki siswa. Istilah SAVI sendiri adalah kependekan dari: Somatic yang bermakna gerakan tubuh (hands-on, aktivitas fisik) di mana belajar dengan mengalami dan melakukan; Auditory yang bermakna bahwa belajar haruslah dengan melaluui mendengarkan, menyimak, berbicara, presentasi, argumentasi, mengemukakan penndepat, dan menanggapi; Visualization yang bermakna belajar haruslah menggunakan indra mata melalui mengamati, menggambar, mendemonstrasikan, membaca, menggunakan media dan alat peraga; dan Intellectualy yang bermakna bahwa belajar haruslah menggunakan kemampuan berpikir (minds-on) belajar haruslah dengan konsentrasi pikiran dan berlatih menggunakannya melalui bernalar, menyelidiki, mengidentifikasi, menemukan, mencipta, mengkonstruksi, memecahkan masalah, dan menerapkan.

evaluasi

Media pembelajaran ini digunakan untuk mengevaluasi pemahaman siswa, pemikiran siswa dan keaktifan siswa terhadap materi perairan darat dan dinamika atmosfer terhadap kehidupan manusia.

PENJELASAN MEDIA

kreativitascara pembuatanspesifik

1. Krativitas
Adapun cara membuat media pembelajaran ini yaitu dengan menggunakan aplikasi Power Point. Alasan pengajar membuat media dengan menggunakan Power Point ini, karena memiliki nilai kreativitas yaitu dapat mengedit, menambahkan dan membuat animasi, yang dapat di gerakkan dengan menggunakan tools-tools yang menarik seperti hyperlink, slide dan background yang menarik dan dapat dirubah sesuai dengan selera, dapat di masukkan backsound serta dapat dirubah atau di convert menjadi video.
2. Cara Pembuatan
Cara pembuatan media ini yaitu dengan menggunakan aplikasi Sofware Microsoft Power Point sebagai perangkat utama untuk membuat editing dari materi bahan ajar yang akan disampaikan. Setelah animasinya dibuat, maka langkah selanjutnya yaitu memasukkan effect, animation, dan sound, ager terlihat menarik. Setelah itu  convert PPT tersebut ke dalam video. Dengan cara pilih file, convert to video kemudian Klik OK. Setelah itu, mdia yang kita buat dapat  ditampilkan kepada peserta didik.
3. Spesifik
Penjelasan spesifik terhadap media pembelajan ini yaitu: Langkah pertama yang dilakukan adalah pemilihan serta menentukan bahan ajar. Langkah berikutnya mengumpulkan bahan ajar yang telah ditentukan, bahan ajar ini diperoleh dari beragai sumber seperti: buku, internet, dan jurnal.. Selanjutnya bahan ajar yang telah terkumpul diolah, serta animasi, gambar, yang sudah dibuat atau didownload serta suara (backsound) dilakukan editing dan langkah selanjutnya membuat media PPT semenarik mungkin. Setelah materi pada power point sudah jadi, amka tahap selanjutnya yaitu convert power poin kedalam bentuk video. Tahap berikutnya adalah uji coba media pembelajaran dengan siswa. Media pembelajaran ini menekankan pada Audio Visual, yaitu penjelasan materi melalui slide yang dikombinasi dengan gambar dan animasi bergerak serta pokok serta background suara dari slide materi yang dibahas.

TATA CARA PENGGUNAAN MEDIA

Tata cara dalam penggunaan media ini power point yang akan ditampilkan pada materi ini yaitu
1. Sebelum membuat dan menggunakan media, kenali dulu materi serta siswa yang akan kita didik. Kemudian kuasai cara penggunaan alat pembuatan media pendidikan.
2.Selalu ingat, bahwa media pembelajaran ini hanyaalat bantu pendidik yang memudahkan kita untuk memberikan pemahan kepada siswa terhadap materi yang disampaikan. Maka dari itu, guru harus tetap menjelaskan materi yang ada di buku atau yang diajarkan.
3. Sebelum kita menampilkan media yang telah dibuat, sebaiknya di periksa dahulu tentang perangkat atau fasilitas pembelajaran didalam kelas, apakah sudah memadai atau belum. Karena hal ini penting untuk keberhasilan pembelajaran menggunakan media power point. Salah satu perangkat yang harus ada untuk menggunakan aplikasi power point ini yaitu proyektor/LCD di dalam kelas. Apabila tidak ada di dalam ruang pembelajaran maka siswa akan kesulitan untuk memahami materi yang akan disampaikan oleh pendidik.
4. Setelah media di buat dengan menggunakan power point, langkah selanjutnya yaitu menampilkan media kepada siswa dengan penggunakan layar proyektor agar semua siswa mengetahui dan memahaminya.
5. Kemudian,  setelah media ditampilkan guru menjelaskan dari media yang ditampilkan.
6. Kemudian guru membentuk kelompok dan melakukan evaluasi dari media yang di buat.

 

Materi Ketahanan Pangan Nasional Kelas XI IIS Semester 2


A. Ketahanan Pangan Nasional 


 
Gambar 1.1 Jagung menjadi diversivikasi pangan agar penduduk indonesia tidak bergantung pada beras

Ketahanan pangan merupakan isu multi- dimensi dan sangat kompleks, meliputi aspek sosial, ekonomi, politik, dan lingkungan. Aspek  politik seringkali menjadi faktor dominan dalam  proses pengambilan keputusan untuk me-nentukan kebijakan pangan. Mewujudkan ketahanan pangan berkelanjutan menjadi isu dan agenda prioritas dalam berbagai per- temuan yang diselenggarakan berbagai negara dan lembaga internasional. 
Berbagai lembaga internasional mem-bahas secara mendalam upaya perwujudan ketahanan pangan, seperti yang dilaksanakan oleh Food and Agriculture Organization (FAO) atau Organisasi Pertanian dan Pangan Dunia, Asia and the Pacific Economic Cooperation (APEC) atau Kerja Sama Ekonomi Asia dan Pasifik, Asociation of Southeast Asia Nations (ASEAN) atau Perkumpulan Negaranegara Asia Tenggara. Berbagai negara juga mengambil inisiatif mendiskusikan isu ketahanan pangan global, seperti pemerintah Jerman menyelenggarakan Konferensi Bonn 2011 (Federal
Ministry for Economic and Develop-ment, Jermany, 2011) dan akademisi Singapura mengadakan Konferensi Internasional Ketahanan Pangan di Asia (RSIS Nanyang Technological University, 2014). 
Pada berbagai pertemuan tersebut, topik tertentu tentang ketahanan pangan dibahas mendalam, diambil kesepakatan, dan dikeluarkan pernyataan yang menunjukkan pemahaman atas permasalahan dan rekomendasi rancangan penanganannya. Program ketahanan pangan telah dilakukan sejak zama pemerintahan Presiden Soeharto dengan Program Swasembada pangan. Indonesia sempat dikenal sebagai negara dunia ketiga yang sukses dalam swasembada pangan dan pernah mendapatkan penghargaan dari FAO tahun 1984. 
Pada tahun 1989, world bank memuji keberhasilan indonesia dalam mengurangi angka kemiskinan yang patut menjadi contoh bagi negara berkembang lainnya. Namunn, prestasi ini tidak berlangsung lama. Kondisi saat ini, pemenuhan pangan menjadi permasalan mendasar dari kemiskinan di Indonesia. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJM) Tahap II tahun 2010 – 2014 menggambarkan kecukupan pangan dan mutu yang masih terbatas. Ketahanan pangan merupakan komoditas yang memiliki fungsi eonomi, sosial, dan politik dalam lingkup Nasional dan Internasional. 
Sektor pertanian merupakan pilar utama pembangunan perekonomian Indonesia. Untuk meningkatkan pembangunan sektor pertanian diperlukan kerja sama berbagai kalangan, mulai dari pelaku pertanian hingga kalangan industri. Hal tersebut dilakukan dengan harapan dapat memecahkan masalah pertanian sehingga dapat meningkatkan ketahanan pangan nasional. 


1.       Pengertian dan Upaya Pembangunan Ketahanan Pangan 

Dalam UU No. 18 Tahun 2012 tentang pangan. Ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan.  



 
Gambar 1.2 Kegiatan petani dalam memanen padi yang bertujuan untuk meningkatkan hasil pertanian 
Sumber : www.beritadaerah.co.id

Definisi dan paradigma ketahanan pangan terus mengalami perkembangan sejak adanya Conference of Food and Agriculture tahum 1943 yang mencanangkan konsep secure, adequate and suitable supply of food for everyone”. Definisi ketahanan pangan sangat bervariasi, namun umumnya mengacu definisi dari Bank Dunia (1986) dan Maxwell dan Frankenberger (1992) yakni “akses semua orang setiap saat pada pangan yang cukup untuk hidup sehat (secure access at all times to sufficient food for a healthy life). Studi pustaka yang dilakukan oleh IFPRI (1999) diperkirakan terdapat 200 definisi dan 450 indikator tentang ketahanan pangan (Weingärtner, 2000). Berikut disajikan beberapa definisi ketahanan yang sering diacu:
1.       Undang-Undang Pangan No.7 Tahun 1996: kondisi terpenuhinya kebutuhan pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan secara cukup, baik dari jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau.
2.       USAID (1992: kondisi ketika semua orang pada setiap saat mempunyai akses secara fisik dan ekonomi untuk memperoleh kebutuhan konsumsinya untuk hidup sehat dan produktif.
3.       FAO (1997) : situasi dimana semua rumah tangga mempunyai akses baik fisik maupun ekonomi untuk memperoleh pangan bagi seluruh anggota keluarganya, dimana rumah tangga tidak beresiko mengalami kehilangan kedua akses tersebut.
4.       FIVIMS 2005: kondisi ketika semua orang pada segala waktu secara fisik, social dan ekonomi memiliki akses pada pangan yang cukup, aman dan bergizi untuk pemenuhan kebutuhan konsumsi dan sesuai dengan seleranya (food preferences) demi kehidupan yang aktif dan sehat.

5.       Mercy Corps (2007) : keadaan ketika semua orang pada setiap saat mempunyai akses fisik, sosial, dan ekonomi terhadap terhadap kecukupan pangan, aman dan bergizi untuk kebutuhan gizi sesuai dengan seleranya untuk hidup produktif dan sehat.

Berdasarkan definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa ketahanan pangan memiliki 5 unsur yang harus dipenuhi :
a.       Berorientasi pada rumah tangga dan individu.
b.       Dimensi watu setiap saat pangan tersedia dan dapat diakses.
c.       Menekankan pada akses pangan rumah tangga dan individu, baik fisik, ekonomi dan social.
d.       Berorientasi pada pemenuhan gizi.
e.       Ditujukan untuk hidup sehat dan produktif.

Di Indonesia sesuai dengan Undang-undang No. 7 Tahun 1996, pengertian ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari: (1) tersedianya pangan secara cukup, baik dalam jumlah maupun mutunya; (2) aman; (3) merata; dan (4) terjangkau. Dengan pengertian tersebut, mewujudkan ketahanan pangan dapat lebih dipahami sebagai berikut :
1)      Terpenuhinya pangan dengan kondisi ketersediaan yang cukup, diartikan ketersediaan pangan dalam arti luas, mencakup pangan yang berasal dari tanaman, ternak, dan ikan untuk memenuhi kebutuhan atas karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral serta turunannya, yang bermanfaat bagi pertumbuhan kesehatan manusia.
2)      Terpenuhinya pangan dengan kondisi yang aman, diartikan bebas dari cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia, serta aman dari kaidah agama.
3)      Terpenuhinya pangan dengan kondisi yang merata, diartikan pangan yang harus tersedia setiap saat dan merata di seluruh tanah air.
4)      Terpenuhinya pangan dengan kondisi terjangkau, diartikan pangan mudah diperoleh rumah tangga dengan harga yang terjangkau.

1.1              Tujuan Pembangunan Ketahanan Pangan

Tujuan pembangunan ketahanan pangan adalah mencapai ketahanan dalam bidang pangan dalam kondisi terpenuhinya pangan bagi setiap rumah tangga dari produksi pangan nasional yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, jumlah dan mutu, aman, merata dan terjangkau seperti diamanatkan dalam  UU pangan.

1.2              Strategi            dalam Upaya Pembangunan Ketahanan Pangan

Strategi yang dikembangkan dalam upaya pembangunan ketahanan pangan adalah sebagai berikut :
a.       Peningkatan kapasitas produksi pangan nasional secara berkelanjutan (minimum setara dengan laju pertumbuhan penduduk) melalui intensifikasi, ekstensifikasi dan diversifikasi.
b.       Revitalisasi industri hulu produksi pangan (benih, pupuk, pestisida dan alat dan mesin pertanian). 
c.       Revitalisasi Industri Pasca Panen dan Pengolahan Pangan.
d.       Revitalisasi dan restrukturisasi kelembagaan pangan yang ada ; koperasi, UKM dan lumbung desa.
e.       Pengembangan kebijakan yang kondusif untuk terciptanya kemandirian pangan yang melindungi pelaku bisnis pangan dari hulu hingga hilir meliput penerapan technical barrier for Trade (TBT) pada produk pangan, insentif, alokasi kredit , dan harmonisasi tarif bea masuk, pajak resmi dan tak resmi.

Ketahanan pangan diwujudkan oleh hasil kerja sistem ekonomi pangan yang terdiri dari subsistem ketersediaan meliput produksi , pasca panen dan pengolahan, subsistem distribusi dan subsistem konsumsi yang saling berinteraksi secara berkesinambungan. Ketiga subsistem tersebut merupakan satu kesatuan yang didukung oleh adanya berbagai input sumberdaya alam, kelembagaan, budaya, dan teknologi. Proses ini akan hanya akan berjalan dengan efisien  oleh adanya partisipasi masyarakat dan fasilitasi pemerintah.
Partisipasi masyarakat ( petani, nelayan dll) dimulai dari proses produksi, pengolahan, distribusi dan pemasaran serta jasa pelayanan di bidang pangan. Fasilitasi pemerintah diimplementasikan dalam bentuk kebijakan ekonomi makro dan mikro di bidang perdagangan, pelayanan dan pengaturan serta intervensi untuk mendorong terciptanya kemandirian pangan. Output dari pengembangan kemandirian pangan adalah terpenuhinya pangan, SDM berkualitas, ketahanan pangan, ketahanan ekonomi dan ketahanan nasional.

2.       Sub-Sistem Ketahan Pangan


Sub  sistem  ketahanan  pangan    terdiri  dari    tiga  sub  sistem  utama  yaitu ketersediaan,  akses,  dan  penyerapan  pangan,  sedangkan    status  gizi  merupakan outcome  dari  ketahanan  pangan.    Ketersediaan,  akses,  dan  penyerapan    pangan  merupakan  sub  sistem  yang  harus  dipenuhi    secara  utuh.    Salah    satu    subsistem tersebut  tidak  dipenuhi  maka  suatu  negara  belum  dapat  dikatakan  mempunyai ketahanan pangan yang baik. Walaupun pangan tersedia cukup di tingkat nasional dan regional, tetapi jika akses individu untuk memenuhi kebutuhan pangannya tidak merata, maka ketahanan pangan masih dikatakan rapuh. Secara  rinci  penjelasan  mengenai    sub  sistem    tersebut  dapat  diuraikan  sebagai berikut :

Ketersediaan Pangan (Food Availability)


 
Gambar 2.1 Indonesia harus berkaca pada Singapura yang memiliki ketahanan pangan yang baik tanpa lahan pertanian Sumber: www.upload.wikimedia.org
Yaitu ketersediaan pangan dalam jumlah yang cukup  aman dan bergizi untuk semua orang dalam suatu  negara baik yang  berasal  dari  produksi  sendiri,  impor,  cadangan  pangan  maupun  bantuan pangan. 
Ketersediaan  pangan    ini  harus  mampu  mencukupi  pangan    yang  didefinisikan    sebagai    jumlah    kalori    yang    dibutuhkan    untuk  kehidupan    yang  aktif  dan  sehat.

Akses Pangan (Food Access)


 
Gambar 2.2 Kemiskinan membatasi akses terhadap bahan pangan 
Sumber: www.atepfirm.com
 Akses Pangan (Food Access) Yaitu    kemampuan    semua  rumah  tangga   dan  individu  dengan  sumberdaya  yang  dimilikinya  untuk  memperoleh  pangan  yang cukup  untuk  kebutuhan  gizinya  yang  dapat  diperoleh    dari  produksi  pangannya sendiri,  pembelian  ataupun  melalui  bantuan  pangan.    Akses  rumah  tangga  dan individu terdiri dari akses ekonomi, fisik dan sosial. Akses ekonomi tergantung pada
pendapatan,  kesempatan  kerja  dan  harga.  Akses  fisik  menyangkut  tingkat  isolasi daerah  (sarana  dan  prasarana  distribusi),  sedangkan  akses  sosial  menyangkut tentang preferensi pangan.

Penyerapan Pangan (Food Utilization)  Penyerapan Pangan (Food Utilization) yaitu  penggunaan  pangan  untuk kebutuhan hidup sehat yang meliputi kebutuhan energi dan gizi, air dan kesehatan lingkungan.  Efektifitas  dari  penyerapan  pangan  tergantung  pada  pengetahuan rumahtangga/individu,    sanitasi  dan  ketersediaan  air,  fasilitas  dan  layanan kesehatan, serta  penyuluhan gisi dan pemeliharaan balita.

Stabilitas (Stability)

Stabilitas (Stability) Merupakan dimensi waktu  dari ketahanan pangan  yang terbagi  dalam  kerawanan  pangan  kronis  (chronic  food  insecurity)  dan  kerawanan pangan  sementara  (transitory  food  insecurity).  Kerawanan   pangan  kronis  adalah ketidakmampuan  untuk memperoleh  kebutuhan  pangan setiap  saat,  sedangkan kerawanan  pangan  sementara adalah  kerawanan  pangan    yang  terjadi  secara sementara   yang diakibatkan karena masalah kekeringan banjir, bencana, maupun konflik social.

Status Gizi (Nutritional Status)

 Status Gizi (Nutritional Status) adalah  outcome  ketahanan  pangan  yang merupakan cerminan dari kualitas hidup seseorang. Umumnya   satus gizi  ini diukur dengan angka harapan hidup,  tingkat gizi balita dan kematian bayi. Sistem  ketahanan  pangan  di  Indonesia secara  komprehensif  meliputi  empat subsistem,  yaitu:  (i)  ketersediaan  pangan  dalam  jumlah  dan  jenis  yang  cukup  untuk seluruh penduduk, (ii) distribusi pangan yang lancar dan merata, (iii) konsumsi pangan setiap  individu  yang memenuhi  kecukupan  gizi  seimbang,  yang  berdampak  pada  (iv) status  gizi  masyarakat.  
 Dengan  demikian,  sistem  ketahanan  pangan  dan  gizi  tidak hanya menyangkut  soal  produksi,  distribusi,  dan  penyediaan  pangan  ditingkat makro (nasional dan regional),  tetapi  juga menyangkut  aspek mikro,  yaitu  akses  pangan di tingkat  rumah  tangga  dan  individu  serta  status  gizi  anggota  rumah  tangga,  terutama anak dan  ibu hamil dari  rumah  tangga miskin. Meskipun secara konseptual pengertian ketahanan pangan meliputi aspek mikro, namun dalam pelaksanaan sehari-hari masih sering ditekankan pada aspek makro yaitu ketersediaan pangan.  

3.       Faktor yang    mempengaruhi            Ketahanan Pangan 

Faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan pangan adalah lahan, iklim dan cuaca, teknologi, seerta infrastruktur. 





a. Lahan 
 
Gambar 3.1 El nino menyebabkan banyak ahan pertanian mengalami kekeringan 
 Lahan merupakan faktor penting dalam penyediaan sumber pangan, terutama  terkait sumber pangan hasil budi daya pertanian dan perkebunan. Semakin luas lahan yang digunakan untuk mengusahakan tanaman pangan, semakin baik ketahanan pangan di suatu negara.  b. Iklim dan Cuaca 
 Iklim dan cuaca secara langsung atau tidak langsung turut mempengaruhi hasil sumber daya pangan. Indonesia memiliki dua musim yaitu musim kemarau dan musim hujan yang berpengaruh terhadap hasil pertanian. Fenomena El nino (musim kemarau yang berkepanjangan) dan La Nina ( peningkatan curah hujan) walau tidak terjadi di semua wilayah yang ada di Indonesia, tetapi berdampak pada hasil pertanian yang ada di Indonesia.  c. Teknologi 
 
Gambar 3.2 Alat yang digunakan untuk memanen kentang dan membajak sawah 
Sumber: www.agroteknologi.com
 Semakin tinggi teknologi yang dimiliki, semakin mudah melakukan suatu proses produksi dan meningkatkannya di suatu wilayah atau negara. Contohnya penggunaan bibit bioteknologi untuk mempercepat pertumbuhan dan hasil tanaman dalam metode hidroponik.  d. Infrastruktur 
            Ketersediaan infrastruktur yang memadai di darat, laut, dan udara akan mempercepat proses distribusi pangan dari suatu wilayah ke wilayah lain. Hal ini akan meningkatkan ketahanan pangan secara lokal dan nasional di wilayah Indonesia. 

4.       Sistem Ketahanan Pangan Sebagai Bagian dari Ketahanan Ekonomi Nasional

Kebutuhan akan pangan merupakan kebutuhan primer bagi manusia. Oleh karena itu, ketahanan pangan dipandang sebagai hal yang penting dalam ranga pembangunan nasional untuk membentuk manusia Indonesia yang berkualitas, mandiri dan sejahtera. Untuk mencapai tujuan tersebut, perlu diwujudkan ketersediaan pangan yang cukup, aman, bermutu, bergizi, beragam, serta tersebar merata di seluruh Indonesia dan terjangkau oleh daya beli masyarakat (Dewan Ketahanan Pangan, 2002). 



Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik diolah atau tidak diolah sebagai makanan atau minuman yang dikonsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan makanan atau minuman. 
Ketahanan pangan erat kaitannya dan berpengaruh besar terhadap sektor produksi suatu negara, kemudian berpengaruh terhadap devisa suatu negara yang berdampak pada pertumbuhan ekonominya. Ketahanan pangan juga erat berkaitan dengan kebijakan politik suatu negara, persetujuan kerjasama di sektor pangan, kebijakan pembangunan, dan pengelolaan sumber daya alam berkelanjutan. Berdasarkan pemahaman tersebut ketahanan pangan menjadi salah satu wacana yang cukup berpengaruh dalam bidang ekonomi dan politik. 
Untuk mencapai ketahanan pangan, diperlukan kerja keras dan harus mengatasi berbagai tantangan. Berikut ini merupakan tabel tantangan ketahanan pangan nasional : 









Tabel 1. Tabel tantangan ketahanan pangan nasional
No
Tantangan
Ketahanan Pangan
Keterangan
1
Degradasi Lahan 
Diperkirakan 40% dari lahan pertanian di dunia mengalami degradasi lahan berupa penurunan kesuburan dan produktivitas tanah. 
2
Hama dan Penyakit 
Penyakit dan hama dapat mempengaruhi produksi budi daya peternakan dan pertanian sehingga berdampak bagi ketersediaan suatu bahan pangan. 
3
Krisis Air
Tinggi muka air tanah terus mengalami penurunan di berbagai negara, karena air tanah digunakan secara berlebihan. 
4
Perebutan Lahan 
Kemilikan lahan di lintas batas negara semakin meningkat. 
5
Fenomena       Iklim
dan Cuaca 
Fenomena cuaca yang ekstrim, seperti kekeringan dan banjir, diperkirakan akan meningkat karena perubahan iklim sehingga berdampak di sektor pertanian. 







5.       Kondisi Ketahanan Pangan Indonesia 


 
Gambar 5.1 Alih fungsi lahan pertanian menjadi pemukiman menjadi kendala perwujudan ketahanan pangan  Sumber: www.ekuatorial.com  
Negara Indonesia saat ini memiliki kendala dan tantangan yang dihadapi dalam mewujudkan ketahanan pangan nasional. Kendala-kendala tersebut antara lain sebagai berikut : 

a.                   Konversi lahan pertanian untuk kegiatan nonpertanian, terutama pada lahan pertanian di Pulau Jawa. Lahan pertanian di Pulau Jawa memiliki tingkat kesuburan yang tinggi. Namun banyak lahan pertanian di Pulau Jawa yang beralih fungsi menjadi lahan pemikiman, sehingga produksi pertanian menjadi menurun. Ketersediaan sumber daya air untuk pertanian juga semakin langka.. Oleh karena itu, sektor pertanian mengahadapi tantangan untuk meningkatkan efisiensi dan optimalisasi pemanfaatan sumber daya lahan dan air secara lestari, serta mengantisipasi persaingan dengan aktivitas perekonomian lain dan permukiman penduduk yang terkonsentrasi. 

b.                   Keterbatasan kemampuan petani karena kurang dukungan teknologi tepat guna, akses kepada sara produksi, serta kemampuan pemasaran. Hal tersebut menjadi tantangan institusi pelayanan yang bertugas memberikan kemudahan bagi petani dalam menerapkan ilu pengetahhuan dan teknologi, memperoleh sarana produksi secara cepat, serta membina kemampuan manajemen agribisnis dan pemasaran. 















DAFTAR PUSTAKA

Endarto, S.D. (2014). Mengkaji Ilmu Geografi 1. Jakarta : PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.

Harmanto, Gatot. (2007). Geografi untuk SMA/MA.
Bandung. Yrama Widya

Hartono. 2009.Geografi 1 Jelajah Bumi dan Alam Semesta : untuk Kelas X, Sekolah Menengah Atas        /Madrasah Aliyah.Pusat     Perbukuan,
Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta

Nursid Sumaatmadja. 1981. Studi Geografi: Suatu Pendekatan dan Analisis Ruang. Bandung:
Penerbit Alumni.

Tika, P dkk. (2007). Pengetahuan  Sosial Geografi 1.
Jakarta. Bumi Aksara.

Waluya, Bagja. 2007. Memahami Geografi SMA/ MA Kelas X semester 1 dan 2. Bandung: Armico. Jakarta